Dalam dunia penelitian, ada satu bagian yang sering dianggap formalitas, padahal justru menjadi jantung logika dari keseluruhan karya ilmiah: kerangka berpikir. Bagi sebagian mahasiswa, bagian ini terasa kaku, teoritis, bahkan membingungkan. Namun jika didekati dengan cara yang tepat—kritis sekaligus kreatif—kerangka berpikir bisa menjelma sebagai peta jalan berpikir yang menghubungkan masalah, teori, dan solusi secara runtut. Berikut ini contoh kerangka berpikir penelitian :
Apa Itu Kerangka Berpikir (Framework of Thinking)?
Secara umum, kerangka berpikir penelitian adalah susunan logis yang menunjukkan hubungan antara variabel atau konsep yang akan diteliti berdasarkan teori dan realitas. Ia menjawab pertanyaan besar:
“Bagaimana cara saya melihat masalah ini dan bagaimana cara saya menjelaskannya secara ilmiah?”
Karakteristik Kerangka Berpikir yang Baik:
-
Sistematis: disusun secara berurutan, dari latar belakang hingga ke rumusan hipotesis (jika kuantitatif).
-
Berbasis Teori: merujuk pada teori atau literatur yang kredibel.
-
Kontekstual: sesuai dengan realitas sosial atau fenomena di lapangan.
-
Menunjukkan Hubungan Logis: antara variabel bebas, terikat, antara, atau moderator.
Struktur Ideal Kerangka Berpikir
Untuk menghasilkan kerangka berpikir yang kuat dan unik, kamu bisa mengikuti struktur berikut:
-
Identifikasi Permasalahan
Fokuskan pada akar masalah yang nyata, kontekstual, dan bisa diamati. -
Pemilihan Teori
Gunakan teori yang benar-benar relevan dan bisa menjelaskan fenomena yang kamu teliti. -
Pemilahan Variabel atau Konsep Kunci
Variabel bebas (X), terikat (Y), moderator (Z), atau intervening. -
Penjabaran Hubungan Antarkomponen
Berupa narasi yang menunjukkan keterkaitan logis antar variabel. -
Visualisasi (Diagram atau Flowchart)
Gambar alur logika yang bisa dipahami hanya dengan melihat.
Studi Kasus: Penelitian Literasi Digital Siswa SMA
Rumusan Masalah:
Mengapa tingkat literasi digital siswa masih rendah meski akses internet dan perangkat sudah merata?
Teori yang Digunakan:
-
Teori Literasi Digital – Paul Gilster (1997)
-
Teori Difusi Inovasi – Everett Rogers (2003)
-
Model TAM (Technology Acceptance Model) – Davis (1989)
Variabel:
-
X: Akses Teknologi
-
Y: Tingkat Literasi Digital
-
Z: Peran Guru & Kurikulum Sekolah
Narasi Kerangka Berpikir:
Penelitian ini bertolak dari fenomena bahwa ketersediaan teknologi tidak secara otomatis meningkatkan literasi digital siswa. Berdasarkan teori literasi digital, kemampuan digital bukan hanya soal akses, tetapi juga keterampilan berpikir kritis dalam memilah dan memproduksi informasi. Difusi inovasi menyebutkan bahwa adopsi teknologi dipengaruhi oleh jaringan sosial, termasuk guru dan sekolah sebagai agen perubahan. Maka diasumsikan bahwa literasi digital siswa dipengaruhi oleh akses teknologi yang diperkuat oleh dukungan pembelajaran dari guru.
Diagram:
Tips Membangun Kerangka Berpikir yang Kuat & Unik
1. Gunakan Metafora Visual
Daripada flowchart biasa, gunakan analogi visual:
-
Jembatan: menggambarkan penghubung antara masalah dan solusi.
-
Pohon: akar = masalah, batang = teori, cabang = variabel, daun = hasil.
-
Rantai: setiap variabel saling terhubung dan tak bisa diputus.
2. Tarik dari Fenomena Aktual
Gunakan contoh kasus kekinian yang membuat kerangka berpikirmu terasa “hidup”. Misalnya:
-
AI dan pendidikan
-
Gaya hidup digital remaja
-
Ketimpangan gender di startup teknologi
3. Integrasikan Data Awal atau Studi Pendahuluan
Kalau kamu sudah punya data kualitatif/kuesioner eksploratif, gunakan sebagai argumen penguat narasi logika.
4. Gunakan Teori Lokal atau Hybrid
Jangan hanya teori barat. Padukan dengan pendekatan lokal (misalnya: pendekatan kultural Indonesia, nilai Pancasila, dll) untuk memperkuat relevansi.
5. Buat Sketsa Awal di Kertas
Alih-alih langsung mengetik, sketsa tangan bisa lebih fleksibel dalam menyusun alur logika. Setelah itu baru diketik ulang dengan bentuk rapi.
6. Cek Keterhubungan Variabel
Sebelum menggambar diagram, jawab dulu pertanyaan ini:
-
Apakah X benar-benar memengaruhi Y?
-
Apakah perlu variabel moderator/intervening?
-
Apakah sudah cukup teori untuk menjelaskan hubungan ini?
Kesalahan Umum yang Harus Dihindari
| Kesalahan | Penjelasan |
|---|---|
| Asal comot teori | Memakai teori karena populer, bukan karena relevan |
| Hubungan variabel tidak jelas | Misalnya menulis: “Teknologi → Literasi” tanpa menjelaskan logikanya |
| Visualisasi rumit tapi membingungkan | Flowchart harus menjelaskan, bukan mempersulit pembaca |
| Narasi terlalu teknis tanpa penjelasan sederhana | Gunakan bahasa naratif yang bisa diikuti oleh pembaca awam sekalipun |
Penutup: Jadikan Kerangka Berpikir sebagai Daya Tarik Penelitian
Contoh Kerangka berpikir penelitian bukan hanya bagian proposal yang “harus ada.” Ia adalah ruh dari keseluruhan proses berpikir ilmiahmu. Dengan kerangka yang baik, kamu akan jauh lebih siap mengarungi proses penelitian: dari studi pustaka, perumusan hipotesis, hingga pengolahan data.
Dan jika kamu menyusunnya dengan gaya yang segar dan kontekstual, bukan tidak mungkin kerangka berpikirmu menjadi salah satu bagian yang paling menarik di mata dosen pembimbing atau reviewer jurnal.



